Steps to life
Step-1-do-you-know
Abstrak
Dalam pelayanan gerejawi, visi memegang peranan yang sangat penting. Ia sama dengan Bintang Utara yang terlihat di langit. Para nelayan suka menggunakannya sebagai penunjuk arah perjalanan. Visi akan mengarahkan kita untuk mencapai suatu tujuan. Kalau kita tidak mempunyai tujuan, maka kita tidak akan sampai di mana pun.
Menurut Rasul Paulus, “… mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan…, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:13-14). Mengenali tujuan membuat kehidupan kita memiliki fokus. Tujuan itu akan memusatkan usaha dan energi kita pada hal yang penting. Tanpa tujuan yang jelas, kita akan terus mengubah arah, pekerjaan, hubungan, pelayanan, dan lingkungan dengan berharap agar setiap perubahan akan menghentikan kebingungan.
Ibarat cahaya, fokus memiliki kekuatan. Cahaya yang menyebar memiliki sedikit kekuatan dan pengaruh, tetapi kita dapat memusatkan energinya dengan memfokuskannya. Ketika cahaya lebih difokuskan lagi seperti sinar laser, ia bisa memotong baja.
Tujuan yang jelas dan fokus untuk pengembangan pelayanan, maka kekuatan dan hasil akan menjadi kenyataan. Fokus Pengembangan Pelayanan Penginjilan Pribadi berawal dari Amanat Agung Tuhan Yesus menjadi Komitmen Pertama Orang Yang Sudah Diselamatkan Oleh Tuhan Yesus.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:19-20).
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8).
Setelah melewati doa pribadi dan kelompok, tujuan untuk PI Pribadi dimulai melalui beberapa langkah berpedoman pada konsep pelayanan Tuhan Yesus dan Rasul Paulus. Baik Tuhan Yesus maupun Paulus mengutamakan doa, membangun persahabatan, konsentrasi pelayanan kota dan desa (kota dan kampung).
Bila hubungan dengan anggota masyarakat sudah dibangun kemudian mengerahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk membentuk persekutuan rumah tangga; melalui persekutuan-persekutuan rumah tangga inilah kekuatan penginjilan untuk keluarga dan anggota masyarakat lainnya akan menjadi kenyataan.
Kitab Kisah Rasul mencatat bahwa persekutuan yang kuat akan melihat mujizat dan tanda itu nyata. Persekutuan, pelayanan mimbar, kesaksian, perkunjungan, dan pembinaan menjadi fokus pengembangan jemaat, titik beratnya ada pada Pelatihan Penginjilan Pribadi untuk jemaat awam. Jemaat yang sudah percaya kemudian diberdayakan untuk mencari dan memenangkan anggota keluarga, tetangga, dan teman-temannya untuk Tuhan Yesus.
Doa Untuk Pelayanan PI Pribadi
Kunci utama keberhasilan penginjilan termasuk semua pelayanan gerejawi diawali dengan doa pribadi kemudian diangkat menjadi doa bersama untuk mencapai tujuan perluasan pelayanan gerejawi. Selain persiapan awal (Luk 8:41-52), berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam (Mat 4:1-11), kita dapat melihat teladan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam pelayanan-Nya. Sebelum Tuhan Yesus melakukan kegiatan harian, Ia berdoa pagi hari/dini hari (Mrk 1:35), Ia berdoa semalam-malaman sebelum pengambilan keputusan penting untuk regenerasi kepemimpinan/memilih rekan kerja (Luk 6:12-16). Ia berdoa pada saat pergumulan berat (Mat 26:36-46). Kemenangan orang Israel melawan orang Amalek juga memberikan contoh tentang kuasa doa (Kel 17:8-16), demikian juga dengan pengalaman Paulus dan Silas di dalam penjara Filipi (Kis 16:24-33).
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus diundang untuk berdoa “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia (Ibr 4:16)”, diperintahkan berdoa “Tetaplah berdoa (1 Tes 5:17)”, menyatakan keinginan “Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah (Fil 4:6)”, berdoa dengan tidak jemu-jemu “Mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk 18:1). Beberapa ayat Alkitab menjadi dasar pengharapan pada saat berdoa, di antaranya:
- Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa (Yak 4:2).
- Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu (Yoh 16:24).
- Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yoh 15:7).
- Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19).
- Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya (Mat 21:22).
- Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yoh 14:13).
- Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yoh 14:14).
- Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya (1 Yoh 5:14-15).
- Doa orang benar didengar-Nya (Amsal 15:29).
- Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (Yakobus 5:16).
- Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita (Ef 3:20).
- Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapaku yang di Sorga (Mat 19:19).
Persahabatan
Perkataan Rasul Paulus (1 Korintus 9: 19-23)
19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.
Tujuan Persahabatan
- Menanamkan Kesan, Simpati, dan Konsentrasi Lawan Bicara
Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Efesus 4:32). Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat (Roma 12:10).
- Dinyatakan dengan sikap yang penuh perhatian kepada orang yang diinjili.
- Mewujudkan suasana yang hangat dan komunikatif.
- Mencegah munculnya penolakan.
- Memulai persahabatan ibarat seperti menaikkan pesawat terbang (tinggal landas). Maksudnya diperlukan suatu perhatian penuh.
- Mengetahui latar belakang dan kegiatan kerohanian orang itu.
- Menciptakan keinginan untuk mendengarkan Injil.
- Memperoleh hak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisa kerohanian.
- Memastikan apakah lawan/kawan bicara telah memiliki hidup yang kekal.
Bila kita sudah mempunyai tekad untuk membangun hubungan persahabatan dengan orang yang menjadi target Pelayanan PI Pribadi, maka mulailah menyapa orang itu dengan ramah, penuh kasih, dan antusias seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus dalam pelayanannya “saling mendahului dalam memberi hormat (Ef 4:32, Roma 12:10), Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah (1 Kor 9:20-22)”. Kata Yunani untuk ramah adalah krestos berarti baik (dalam pengertian kualitas dan moral), kemurahan, ramah, enak.
Saat menyapa lawan bicara disertai senyum keramahan akan memberikan kesan tidak akan terlupakan. Perkenalkanlah diri Anda dan berkenalanlah dengan orang itu. Tanyakanlah nama, alamat, tempat tinggal dan yang lainnya untuk menjadi bahan perkenalan. Untuk membangun persahabatan dapat melakukan beberapa pembicaraan seperti berikut ini.
- Kehidupan Sehari-harinya.
Mulailah dengan pembicaraan yang umum, misalnya tentang situasi setempat, berita yang sedang hangat dan lain-lain. Kemudian masuklah ke dalam kehidupan sehari-harinya. Cari bahan pembicaraan yang menyenangkan seperti masalah hobi, pekerjaan, keluarga, prestasi, dan lain-lain.
- Latar Belakang Kerohaniannya
Tanyakan latar belakang rohaninya, apakah ia beribadah pada hari Jumat atau Minggu. Atau agama lainnya dengan cara yang halus secara tidak langsung.
- Kegiatan Rohaninya
Tanyakan sejauh mana ia terlibat di dalam kegiatan rohani untuk mengetahui sejauh mana ia tertarik pada hal-hal rohani, arahkan pembicaraan ini sampai ia siap untuk diajukan pertanyaan-pertanyaan analisa kerohanian.
- Kesaksian
Gunakanlah kesaksian untuk membuat dia tertarik pada apa yang akan disampaikan tentang hidup kekal yang cuma-cuma. Akhiri kesaksian itu dengan pertanyaan “Maukah Anda mendengar bagaimana saya memperoleh hidup kekal itu?”.
- Dinyatakan dengan sikap yang penuh perhatian kepada orang yang diinjili.
- Mewujudkan suasana yang hangat dan komunikatif.
- Mencegah munculnya penolakan.
- Memulai persahabatan ibarat seperti menaikkan pesawat terbang (tinggal landas). Maksudnya diperlukan suatu perhatian penuh.
Mulailah dengan pembicaraan yang umum, misalnya tentang situasi setempat, berita yang sedang hangat dan lain-lain. Kemudian masuklah ke dalam kehidupan sehari-harinya. Cari bahan pembicaraan yang menyenangkan seperti masalah hobi, pekerjaan, keluarga, prestasi, dan lain-lain.
Tanyakan latar belakang rohaninya, apakah ia beribadah pada hari Jumat atau Minggu. Atau agama lainnya dengan cara yang halus secara tidak langsung.
Tanyakan sejauh mana ia terlibat di dalam kegiatan rohani untuk mengetahui sejauh mana ia tertarik pada hal-hal rohani, arahkan pembicaraan ini sampai ia siap untuk diajukan pertanyaan-pertanyaan analisa kerohanian.
Gunakanlah kesaksian untuk membuat dia tertarik pada apa yang akan disampaikan tentang hidup kekal yang cuma-cuma. Akhiri kesaksian itu dengan pertanyaan “Maukah Anda mendengar bagaimana saya memperoleh hidup kekal itu?”.
Penginjilan Pribadi
Membangun Hubungan Dengan Orang Yang Akan
Diinjili
Injil
Yohanes mencatat bahwa Andreas berhasil membawa saudaranya kepada Tuhan Yesus.
Keberhasilan ini dapat disebut sebagai Penginjilan Pribadi yang sangat efektif.
Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya:
Kami telah menemukan Mesias, yang artinya Kristus (Yoh 1:41).
Dari contoh Andreas ini, kita
dapat belajar tentang seorang yang sudah mengenal Tuhan Yesus mempunyai
panggilan untuk mencari orang lain yang terhilang, dimulai dari lingkungan
saudaranya. Andreas mempunyai hubungan dengan orang yang akan dibawanya kepada
Tuhan Yesus. Sebab Anak Manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk 19:10).
Pelayanan Penginjilan Pribadi
yang paling efektif didasarkan pada hubungan pribadi perseorangan. Rahasia dari
perkataan Andreas, "... kami
telah menemukan" adalah pencarian seseorang akan kepuasan yang
telah dipenuhi di dalam pengenalannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Penginjilan
secara pribadi adalah membagikan pengalaman keselamatan pribadi di dalam Tuhan
Yesus kepada orang lain. "ia
(Andreas) membawanya (Simon) kepada Tuhan Yesus" (Yoh 1:42).
Bagaimanakah hal ini dapat
dilaksanakan? Tuhan Yesus memberikan jawaban-Nya. Ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia (Mat
4:19). Kasih kepada Tuhan Yesus akan menghasilkan kasih kepada sesama manusia.
Penguasaan
cara membangun hubungan dengan sebanyak mungkin orang akan memberikan banyak
peluang untuk Penginjilan Pribadi. Di antaranya, sebelum orang itu diinjili
maka syarat utamanya adalah mengenal keberadaan orang yang bersangkutan
selengkap mungkin. Peluang yang dapat dimanfaatkan melalui lingkungan keluarga,
teman/sahabat, atau melalui perantaraan orang dan keluarga-keluarga yang sudah
dikenal.
Pembicaraan Sesuai Dengan Situasi Dan Kondisi
Pelayanan
Penginjilan Pribadi dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Yohanes 4:6-15 memberikan pedoman kepada kita tentang tempat penginjilan itu di
pinggir sumur Yakub dan waktunya siang hari/kira-kira pukul dua belas.
Pembicaraannya diawali dengan apa yang sedang dialami saat itu “menimba air”.
Air dibutuhkan oleh perempuan Samaria itu. Dialog Tuhan Yesus dengan perempuan
Samaria ini dapat menjadi pedoman Pelayanan Penginjilan Pribadi:
-
Memanfaatkan apa yang sedang terjadi/data
sekarang sebagai bahan pembicaraan untuk penginjilan: air minum untuk diarahkan
kepada air hidup.
-
Lokasi/tempat Penginjilan: ada respon dari
orang yang dijumpai. Hindari tempat tertutup, khususnya untuk penginjilan lawan
jenis.
-
Suasana: tenang.
-
Hasilnya: petobat baru memberikan kesaksian
kepada orang lain.
Penginjilan Keluarga
Paulus mengajar dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah orang yang sudah menerima Injil (Kis 20:20). Pencapaian
pertama kelompok orang bukan Yahudi menjadi gereja Kristen adalah keluarga
Kornelius perwira Roma di Kaisarea (Kis 10:7,24). Di Filipi, Paulus membawa
keluarga Lidia dan kepala penjara beriman kepada Tuhan Yesus dan menyatu ke
dalam Gereja-Nya (Kis 16:15, 31-34). Buah pertama dari misi besar rasul di
Akhaya adalah keluarga Stefanus (1 Kor 16:15), Krispus dan Gayus (Kis 18:8; Rom
16:23; 1 Kor 1:14).
Jadi jelas bahwa gereja mula-mula memuridkan baik komunitas keluarga
Yahudi maupun bukan Yahudi. Sama jelasnya bahwa anggota keluarga dipakai
sebagai pelopor penginjilan. Akwila dan Priskila memakai rumah mereka di Efesus
dan Roma sebagai pusat proklamasi Injil (Kis 18:18, Rom 16:3,5; 1 Kor 16:19).
Para jemaat berkumpul di rumah Onesiforus (2 Tim 1:16; 4:19) dan Nimfa (Kol
4:15).
Penginjilan Masyarakat Kota
Pelayanan Penginjilan akan
lebih baik bila dimulai dari pusat kota dan sekitarnya kemudian menyebar ke
daerah lain yang lebih jauh. Masyarakat kota terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan, usaha, ketrampilan, dan potensi lainnya. Keberhasilan
mendirikan pelayanan berpusat pada pusat kota akan berdampak sangat positif
untuk penjangkauan daerah di sekitarnya atau kota-kota yang berdekatan.
Ada beberapa Strategi
Pelayanan Penginjilan Rasul Paulus yang dapat dijadikan contoh, di antaranya:
1.
Mendirikan Gereja Kota
Paulus mendirikan gereja di kota-kota besar
yang strategis seperti Filipi, Efesus,
dan lain-lain agar sebanyak mungkin orang mendengarkan Injil. Setelah jemaat kuat dijadikan pusat
pemberitaan Injil, kemudian jemaat itu mengutus Paulus dan
mendukung pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus menulis surat kepada jemaat
untuk membangun hubungan yang lebih akrab dan bersahabat, salah satu tujuannya
agar tetap ada komunikasi.
Menurut D.A McGavran ada enam hal yang dapat dilakukan untuk penginjilan di tengah-tengah
masyarakat kota, yaitu:
1.
Tekankan pada gereja rumah (kelompok kecil).
2.
Siapkan dan latihlah pemimpin sukarela.
3.
Kenalilah tempat masyarakat yang tertutup
terhadap Injil
4.
Berkonsentrasilah pada masyarakat yang terbuka
terhadap Injil.
5.
Tanganilah persoalan sosial ekonomi anggota.
6.
Komunikasikanlah iman secara positif dan
meyakinkan.
2.
Tempat-tempat Strategis
Pelayanan Penginjilan Paulus memakai
tempat-tempat umum yang sangat strategis, yaitu rumah ibadat orang Yahudi,
pasar-pasar, rumah-rumah . dan tempat belajar/ruang kuliah Tiranus (Kis 17:1-3,
17, 14:1, 19:9).
3.
Penjara (Kis 16:19-34)
4. Rumah (Kis. 20:20; 20:31)
5.
Lintas Budaya (Kis. 14:8-18, 17:23-25, 28, 31)
Persekutuan
Kata Yunani yang dipakai untuk persekutuan adalah koinonia yang berarti
persekutuan, kebaikan
hati, sumbangan, simpati, tanda persekutuan, keikutsertaan, relasi yang dekat, ikut ambil bagian, berpartisipasi, dan memberikan
kontribusi sebagai wujud ikut ambil bagian.
Jemaat mula-mula bertekun dalam persekutuan, persekutuan tersebut telah
menghasilkan mujizat dan tanda, bahkan disebutkan bahwa semua orang yang
telah menjadi percaya tetap bersatu, segala kepunyaan
mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual
harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan
keperluan masing-masing (Kis 2:42-47). Persekutuan
ini terbentuk dari orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di
bawah kolong langit (Kis 2:5). Jemaat mula-mula berusaha peduli dan menolong
saudara-saudara seiman yang dalam kesulitan dengan membagikan apa yang mereka
punya, sehingga mereka semua sebagai komunitas dalam Kristus dapat menjalani
hidup ini dengan kebersamaan mereka. Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa (Kis 2:42).
Jemaat
mula-mula ini selalu berkumpul dalam persekutuan yang erat sehingga
terbentuklah persekutuan tersebut, semua orang akan dihidupkan kembali dalam
persekutuan dengan Kristus. Menurut rasul-rasul, apa yang telah kami lihat dan
yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun
beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan
Bapa dan dengan Anak-Nya Yesus Kritus (Kis 2:42, 5:12, 1 Kor 15:22, 1 Yoh 1:3).
Jemaat mula-mula berakar ke bawah sebagai landasan utamanya adalah bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, memperkuat di dalam komunitasnya untuk saling menolong, dan keluar untuk memberitakan bahwa mereka adalah murid Tuhan Yesus Kristus.
Jemaat mula-mula berakar ke bawah sebagai landasan utamanya adalah bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, memperkuat di dalam komunitasnya untuk saling menolong, dan keluar untuk memberitakan bahwa mereka adalah murid Tuhan Yesus Kristus.
Pelatihan Penginjilan Pribadi
I.
Berkenalan Dan Bersahabat
Kunci utama keberhasilan Penginjilan Pribadi terletak pada
sikap dan hubungan dengan orang yang akan diinjili itu. Sikap bersahabat,
senyum keramahan, dan komunikasi yang baik akan membawa suasana dialog yang
lebih mendalam.
Bila hubungan
persahabatan sudah dibangun, maka kita dapat mengajukan pertanyaan analisa
kerohanian yang dikenal dengan istilah Dua Pertanyaan Diagnostik.
Pertanyaan
Pertama, seandainya Anda meninggal dunia hari ini, apakah Anda yakin pasti
masuk surga? Bila jawabannya adalah ya, maka katakanlah bahwa sangat baik Anda
memiliki keyakinan seperti itu. Bolehkah saya mengajukan sebuah pertanyaan
lagi?. [Ajukanlah pertanyaan kedua].
Bila jawabannya
adalah tidak, maka katakanlah bahwa saya juga tidak yakin, sampai saya
mendengar dari seorang sahabat bahwa saya bisa memperoleh hidup kekal/masuk
surga. Ini adalah hal terhebat yang pernah terjadi dalam hidup saya, sehingga
kapanpun, dimanapun dan dengan cara
apapun saya meninggal dunia, saya pasti masuk surga. Saya mempunyai kabar baik.
Maukah Anda mendengarkan cerita bagaimana saya memperoleh hidup kekal?.
Sebelumnya izinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan lagi. [Ajukan pertanyaan
kedua].
Pertanyaan
Kedua, seandainya Anda meninggal dunia pada hari ini dan Allah bertanya
“Mengapa Aku harus mengizinkan engkau masuk ke surga-Ku?” Apakah yang akan Anda
katakan?. Bila jawabannya adalah saya telah berbuat baik, taat beribadah, tidak
berbuat jahat, dan jawaban lainnya.
Apapun jawaban
yang diucapkan, katakanlah bahwa saya mempunyai kabar baik, apakah Anda punya
waktu 45-60 menit untuk mendengarkan cerita saya?.
II.
INJIL
A.
Anugerah
1.
Hidup Kekal adalah Anugerah Allah
Nah, Anda lihat bahwa yang hebat dari hidup kekal ini adalah
bahwa ia merupakan anugerah Allah yang diberikan secara cuma-cuma, gratis,
tidak perlu membayar. “Karunia Allah adalah hidup yang kekal” (Roma 6:23b).
Memang kita cenderung berpikir bahwa tidak ada sesuatupun di
dunia ini yang cuma-cuma. Tetapi Allah telah mengatakan bahwa hal yang terbesar
yang dapat diperoleh manusia – hidup kekal – adalah cuma-cuma, bukan karena
kita layak menerimanya!.
2.
Hidup Kekal Tidak Didapat Karena
Usaha Atau Karena Upah
Allah berfirman : “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri (Efesus 2:8-9).
Bayangkan saya memberi Anda hadiah, katakan saja sebuah jam
yang mahal. Jika Anda berusaha membayar saya seratus rupiah saja, maka itu
bukan sebuah hadiah tetapi beli – karena Anda berusaha membayarnya. Tentu saja
hal itu berarti juga penghinaan bagi saya.
Demikian pula hidup kekal bukan diperoleh sebagai hasil
usaha kita, bukan diperoleh karena upah, tetapi itu gratis, cuma-cuma!. Tidak
perlu dibayar dengan pelayanan, ibadah dan kesetiaan kita. Meskipun ini
pemberian cuma-cuma tetapi semua orang tidak dapat memperolehnya.
Apakah yang menghalangi kita untuk menerima anugerah ini?
Yaitu dosa.
B.
Manusia
1.
Manusia Berdosa
Termasuk di dalamnya adalah kita. Dan itu merupakan masalah
seluruh dunia. Saya rasa tidak sulit melihatnya kalau kita di dunia ini dan
lihat betapa kebobrokan dan kekacauan terjadi di mana-mana. “Karena semua orang
telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23).
Menurut Anda: Apakah dosa itu? [Nantikanlah jawaban dan
pastikan Anda telah mendengar jawaban itu dengan benar].
Dosa adalah pelanggaran terhadap perintah Allah baik dalam
perkataan, perbuatan dan pikiran. Contoh: bohong, mencuri, dendam, iri, pikiran
kotor, dan lain-lain, misalnya: . menghina sesamanya (Amsal
14:21), mata
yang congkak dan hati yang sombong (Amsal
21:4), memikirkan
kebodohan (Amsal 24:9), segala sesuatu yang tidak
berdasarkan iman (Roma 14:23), tahu bagaimana ia harus
berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya (Yakobus
4:17), pelanggaran
hukum Allah (1 Yohanes 3:4), semua kejahatan adalah dosa (1 Yohanes 5:17).
Tahu yang baik tetapi tidak dilakukan juga dosa (contoh: tidak taat
beribadah, mengabaikan Allah, dan lain-lain). Jika dosa seperti ini, tentunya
dalam sehari kita banyak berbuat dosa.
Seandainya kita hanya melakukan 3 (tiga) dosa dalam sehari, bukankah
kita orang yang sangat bik. Tetapi bila kita menghitungnya, itu berarti dalam sebulan
kita telah berbuat dosa sebanyak 90 kali (3x30 hari). Dalam setahun berarti
lebih dari 1.000 kali (90x12 bulan = 1080). Katakanlah Tuhan memberi kita umur
80 tahun. Jadi seumur hidup kita telah berbuat dosa lebih dari 80.000. Orang
yang baikpun bila dihitung dengan patokan Allah sangat banyak dosanya. Dengan
dosa sebanyak itu apakah kita layak masuk surga/menerima hidup kekal? Tentu
saja tidak!.
2.
Manusia Tidak Dapat
Menyelamatkan Diri Sendiri
Dulu saya pernah
berpikir seperti Anda atau banyak orang berpikir bahwa untuk masuk surga harus
dengan perbuatan baik seperti beribadah, amal, dan lain-lain.
Menurut Anda:
harus sebaik apakah kita untuk masuk surga? [Nantikan jawaban, beri kesempatan
kawan bicara dan berpikir]. Tuntutan
Allah adalah sempurna. Allah mengatakan :
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Matius 5:48).
Baiklah saya menjelaskannya melalui sebuah cerita:
seandainya saya membuat telur dadar dengan 10 butir telur. Ternyata waktu telur
dipecahkan dan bercampur di dalam wadah. Satu di antaranya busuk. Apakah telur
dadar ini masih layak digunakan bahkan disajikan?. Tentu tidak. Mengapa?. Karena satu telur yang busuk telah mencemari
9 telur yang lain. Sebenarnya demikian pula dengan hidup kita, meskipun kita
berusaha berbuat baik sebanyak mungkin tetapi hanya karena satu dosa telah
mencemari seluruh perbuatan baik kita dan membuat kita tidak layak di hadapan
Allah yang menuntut kita sempurna.
Jadi, dengan cara dan usaha manusia, mustahil dapat masuk
surga, maka harus ada cara yang berbeda.
Mari kita melihat bagaimana cara Allah.
C.
ALLAH
Menurut Anda bagaimanakah
sifat-sifat Allah?. [Nantikan jawabannya. Beri pujian jika jawabannya benar,
misalnya: pencipta, Mahakuasa, Mahaadil dan lain-lain].
1.
Allah Pengertian Yang Salah
Ada beberapa pengertian yang salah tentang Allah. Sebagian
orang beranggapan bahwa Allah itu seperti Tokoh Kakek pada umumnya. Hanya
menekankan kasih pada cucunya tetapi tidak pernah menyatakan keadilan jika
cucunya bersalah. Demikian pula sebagian orang beranggapan bahwa Allah itu
hanya kasih. Jadi, berbuat dosa tidak apa-apa, Allah pasti mengampuni dan tidak
menghukum kita. Pandangan ini terlalu melebihkan kasih dan kemurahan Allah
sehingga mengabaikan keadilan-Nya. Salah pengertian yang lain, orang
beranggapan Allah itu seperti Tokoh Polisi yang adil, selalu menghukum orang
yang bersalah. Demikian pula anggapan sebagian orang bahwa Allah hanya
menghukum tetapi tidak mengasihi. Bagaimana ini terlalu melebihkan murka dan
keadilan Allah sehingga mengabaikan kasih-Nya.
Yang benar adalah:
2.
Allah Itu Kasih Dan Adil
Allah mengasihi kita. Salah satu hal yang menakjubkan dari
Allah adalah bawah Dia tetap mengasihi kita sekalipun kita berdosa. “Aku
mengasihi engkau dengan kasih yang kekal” (Yer 31:3). Dan karena Kasih-Nya itu
Allah tidak ingin menghukum kita yang berdosa ini, tetapi selain kasih Allah
itu juga adil. Adil berarti yang salah harus dihukum. Hukum-Nya menyatakan
bahwa manusia berdosa harus dihukum Tuhan “… tidaklah sekali-kali membebaskan
orang yang bersalah dari hukuman” (Kel 34:7b). Tidak ada keraguan mengenai hal
ini – Allah pasti akan menghukum dosa.
Ilustrasi Perampok Bank
Baiklah saya akan menjelaskan tentang keadilan Allah sebagai
berikut. Misalnya saya merampok sebuah bank sebesar Rp. 50.000.000,- tetapi
akhirnya saya tertangkap karena sebuah kamera yang tersembunyi merekam
bagaimana saya melakukannya dan kasir serta beberapa saksi mata lainnya
mengenali saya. Ketika dihadapkan ke meja hijau, bukti-bukti yang ada memberatkan
saya, lalu jaksa menuntut hukuman lima tahun penjara kemudian saya berkata :
“Saya mengaku bersalah, saya sangat menyesal telah merampok bank itu. Saya
sudah mengembalikan uangnya dan tidak seorangpun yang terluka. Saya berjanji
tidak akan merampok bank lagi, saya bertobat. Mohon Bapak Hakim berkenan
membebaskan saya.”
Apakah Hakim itu dapat dikatakan adil jika ia membebaskan
saya?. [Nantikan jawabannya], Tidak!.
Dia bukanlah hakim yang adil kalau dia membebaskan perampok
bank hanya karena saya sudah mengaku , menyesal dan berjanji tidak akan
merampok bank lagi. Kalau hal ini terjadi maka tidak akan ada satu bank pun di
dunia ini yang merasa aman, “Upah dosa itu maut.” (Roma 6:23a)
Maut berarti, bukan hanya mati secara jasmaniah, namun juga
secara rohaniah untuk selamanya di neraka. Mengertikah Anda masalahnya? Allah
itu kudus dan adil serta Dia harus menghukum manusia berdosa. Tetapi Dia juga
penuh kasih dan belas kasihan dan tidak ingin menghukum kita. Jadi, kalau Allah
menunjukkan kasih-Nya dan mengampuni kita itu berarti Allah tidak adil. Adil
berarti yang salah harus dihukum, juga sebaliknya. Ini merupakan suatu dilema
bagaimana kasih dan adil bertemu.
Dilema semacam ini pernah dialami oleh seorang pria bernama
Shamila, yang hidup sekitar permulaan abad 20. Dia adalah pemimpin sekelompok
kaum revolusioner yang berusaha menggulingkan Kaisar Tsar Rusia yang diktaktor.
Kelompoknya hidup di tenda-tenda di padang-padang gurun dan tentu saja selalu
berpindah-pindah. Mereka juga membawa serta keluarga mereka. Pada suatu malam
seorang pengawal Shamila datang melaporkan bahwa ada orang yang masuk ke tenda
perbekalan dan mencuri makanan mereka. Shamila naik pitam mendengar laporan ini
karena persediaan makanan mereka sangat terbatas dan pemakaiannya sangat dihemat.
Maka dia memanggil semua keluarga untuk berkumpul di tenda utama dan mengatakan
kepada mereka bahwa mulai sekarang siapapun yang tertangkap basah mencuri
makanan akan dicambuk 50 kali di muka umum. Tidak lama setelah itu, pengawalnya
datang lagi kepada Shamila dan melaporkan bahwa ada lagi makanan yang dicuri.
Bukan hanya itu, tetapi bahwa pencuri itu sudah tertangkap – namun ternyata
pencuri itu tidak lain adalah ibu Shamila sendiri!.
Shamila menghadapi dilema seperti mendapatkan buah
simalakama!. Kalau dia mencambuki ibunya sendiri yang sudah tua renta untuk
menegakkan keadilannya, pasti sang ibu akan mati, namun kalau dia tidak
menghukumnya karena kasihnya kepada ibunya, pasti dia akan kehilangan
kewibawaannya dan semua orang tidak akan mengakuinya lagi sebagai pemimpin yang
adil. Ketika semua orang berkumpul di tenda utama, semua orang bertanya-tanya
apa yang akan Shamila lakukan. Shamila harus tetap menjalankan hukuman demi
keadilan. Lalu dia melakukan sesuatu yang mengejutkan semua orang. Dia melepaskan
jubah kebesarannya dan memerintahkan pengawalnya untuk mencambuk dia sebagai
ganti ibunya.
Anda lihat, hanya dengan cara mengorbankan diri inilah
keadilan Shamila dapat ditegakkan dan sekaligus kasih kepada sang ibu
dibuktikan. Hukuman sudah dijalani, tetapi Shamila sendirilah yang
menjalaninya.
Demikian juga, Allah tidak akan mengingkari kasih-Nya kepada
kita, tetapi juga tidak akan meniadakan keadilan-Nya terhadap kita.
Allah menunjukkan kasih dan keadilan-Nya melalui pengorbanan
diri-nya di dalam Yesus Kristus.
D.
Kristus
1.
Yesus adalah Allah Yang Menjadi
Manusia
Alkitab mengatakan bahwa, Pada mulanya adalah Firman, Firman
itu bersama-sama Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yoh 1;1)
Itu berarti bahwa apabila kita ingin mengetahui seperti
apakah Allah itu, kita dapat melihat diri Yesus Kristus. Tetapi Alkitab juga
menjelaskan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia, ketika Alkitab
mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusi dan diam di antara kita” (Yoh
1:14)
Allah benar-benar menjadi manusia, namun pada waktu yang sama
Dia tetap Allah.
2.
Apa Yang Dilakukan-Nya
Saya akan menjelaskannya melalui sebuah peragaan [Buku
Catatan Dosa].
Andaikan tangan kiri saya adalah manusia [tunjukan tangan
kiri dengan telapak tangan yang terbuka] dan tangan kanan saya melambangkan
Allah [angkat tangan kanan ke atas].
Tadi saya jelaskan Allah ingin memberikan hidup kekal sebagai
anugerah. [Tangan kanan menunjuk pada tangan kiri]. Tetapi ada yang menghalangi
kita memperolehnya, yaitu dosa. Seandainya semua dosa yang kita perbuat dicatat
dalam sebuah buku [Perlihatkan buku kecil]. Kita adalah manusia berdosa [Taruh
buku di tangan kiri]. Allah adalah kasih, sehingga tidak ingin menghukum kita.
[Gerakkan tangan kanan di bawah tangan kiri]. Tetapi Allah juga adil [Naikkan
tangan kembali], sehingga harus menghukum manusia berdosa [Hentakkan tangan
kanan ke telapak tangan kiri].
Bagaimana Allah menyatakan kasih sekaligus keadilan-Nya?.
Masih ingat cerita Shamila?. Ternyata kasih sekaligus dapat bertemu melalui
pengorbanan.
Begitu juga cara Allah menyelamatkan manusia. Allah
mengorbankan diri-Nya menjadi manusia di dalam diri Yesus dan menjadi sejajar
dengan manusia [Tangan kanan diturunkan sejajar dengan tangan kiri]. Tetapi ada
perbedaan antara manusia dengan Yesus. Manusia berdosa dan Yesus sempurna, Dia
sempurna karena itu Dia dapat menggantikan kita menanggung hukuman dosa
[Tunjukkan perbedaan tangan kiri dan tangan kanan]. “Kita sekalian sesat
seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah
menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian.” (Yes 53:6)
Semua dosa kita yang dibenci oleh Allah telah ditimpakan
kepada Yesus. {Perlihatkan buku ke tangan kanan]. Dia yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita supaya di dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah. (2 Kor 5:21)
Di atas kayu salib Yesus telah menjalani hukuman dosa.
[Naikkan tangan kanan ke atas]. Sebelum mati Yesus berkata, “Sudah selesai”
(Yoh 19:30a). Yang dimaksud Yesus adalah bahwa proses penebusan dosa yang
dilakukan-Nya sudah selesai satu kali untuk selama-lamanya. {Tangan kanan turun
dan buku dilepaskan]. Kemudian Yesus bangkit dari kubur, naik ke Surga [Tangan
kanan kembali diangkat ke atas] dan oleh kemenangan-Nya atas maut, sekarang Dia
menawarkan hidup kekal kepada kita sebagai anugerah/hadiah cuma-cuma [Menunjuk
ke tangan kiri].
Anugerah hidup kekal ini dapat diterima dengan Iman. [Tangan
kanan menggenggam tangan kiri].
E.
Iman
Ibarat kunci untuk membuka
pintu Surga, Anda bisa saja mempunyai sebuah gantungan kunci yang berisi banyak
sekali kunci. Mungkin beberapa kunci sangat mirip satu dengan yang lainnya.
Tetapi kalau Anda mencoba membuka pintu utama rumah Anda, hanya ada satu kunci
yang benar. Kunci yang benar untuk membuka pintu Surga disebut iman yang menyelamatkan.
Sedangkan kunci yang lain disebut iman yang tidak menyelamatkan.
Iman yang menyelamatkan
adalah mengenal dan mengandalkan Yesus saja sebagai Tuhan dan Juruselamat untuk
memperoleh hidup kekal.
Dulu di Amerika ada pemain akrobat
terkenal bernama Blondin yang dapat berjalan di atas tali yang direntangkan
sepanjang air terjun Niagara. Ada yang pernah dan ada pula yang belum pernah
melihat atraksinya. Blondin telah berjalan tanpa membawa beban dan juga
mendorong kereta yang berisi pasir, sehingga kedua tipe penonton ini menjadi
percaya. Pada atraksi yang terakhir Blondin akan berjalan melintasi tali itu
sambil mendorong sebuah kereta berisi manusia. Manager bertanya, “Menurut Anda
apakah Blondin dapat menyeberang di atas tali sambil mendorong kereta yang
berisi manusia?”.
Para penonton berseru: “Ya!
Dia mampu . Kami percaya itu!”. Tetapi ketika manager itu bertanya lagi, “Kalau
begitu siapa yang mau naik kereta dorong itu?”. Semuanya diam, dan tidak ada
yang bersedia. Akhirnya seorang anak kecil mau ikut di dalamnya. Dan dibawa
menyeberang dengan selamat. Ternyata anak kecil itu adalah anak Blondin.
Apa beda percayanya anak
kecil dengan penonton tadi?.
Para penonton percaya hanya
di mulut, dan di akal saja. Tetapi anak kecil itu percaya bukan hanya di mulut,
atau setuju di akal saja, melainkan mau mempercayakan diri sepenuhnya kepada
bapaknya. Jadi, iman yang menyelamatkan adalah percaya bukan hanya di mulut
atau setuju di akal saja, melainkan percaya dan hanya mengandalkan Yesus saja
sebagai Tuhan dan Juruselamat untuk memperoleh hidup kekal.
Seandainya Anda berlayar
dengan perahu di tengah laut. Perahu dihantam ombak sehingga pecah dan
tenggelam. Untuk menyelamatkan diri, Anda hanya berpegang pada sepotong papan.
Berenang ke darat jaraknya terlalu jauh, kalaupun dipaksakan, pastilah Anda tenggelam
karena kelelahan. Hanya mengandalkan sepotong papan pecahan tentunya tidak
mungkin. Suatu saat pastilah pegangan Anda terlepas karena kelelahan.
Di tengah-tengah
keputusasaan, muncul sebuah kapal. Sang Kapten mengulurkan tangannya untuk
menyelamatkan Anda. Apa yang sudah pasti Anda lakukan?. Anda mengulurkan
tangan, bukan?. [Tunggu jawabannya].
Anda harus melepaskan
potongan papan yang selama ini Anda andalkan dan mempercayakan diri sepenuhnya
kepada tangan sang Kapten. Kapten Kapal itu melambangkan Yesus. Yesus melakukan
hal yang sama untuk kita. Yesus datang dan mengulurkan tangan-Nya kepada kita.
Respon kita tentunya melepaskan apa yang menjadi andalan kita selama ini
[Usaha, perbuatan baik], menyerahkan diri dan mengandalkan Yesus saja untuk
keselamatan kita.
Apakah semua ini dapat Anda
pahami?
Apakah Anda mau menerima
hidup kekal?
Dari dua pertanya di atas
ada kemungkinan orang tersebut menjawab “Ya” atau “Tidak”.
Bila jawabannya adalah “Ya”,
maka pandulah orang itu dengan doa pengakuan dosa dan memohon pertolongan
Tuhan.
Setelah selesai berdoa, buka
Yohanes 6:47 [Minta orang itu membacakannya], “Aku berkata kepada-Mu
sesungguhnya barangsiapa percaya ia mempunyai hidup yang kekal.”
Yohanes 10:28 “Aku
memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut engkau dari tangan-Ku”.
KEPUSTAKAAN
1.
Alkitab.
2.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
3.
EE International Indonesia, Multiplikasi ‘Trainer
& Trainee’, (Jakarta: 2000, 2008, 2013).
4.
Riggs Charles (Ed), Buku Pegangan Pelayanan,
(Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 1996).
5.
Sutanto, Hasan, Perjanjian Baru Interlinear
Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid II, (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), hal. 454.
6.
Tirtamihardja, Samuel H., Pemimpin Adalah
Pemimpi ’10 Langkah Menjadi Pemimpin Berhasil’, (Jakarta: [TP], 2003).
7.
Warren, Rick, The Purpose Driven Life ‘Hidup
Yang Digerakkan Oleh Tujuan’, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2005).
8.
Tomatala, Yacob, Penginjilan Masa Kini 1,
(Malang: Penerbit Gandum Mas, 1997).
|
Saya mau dapatkan buku2 kecil ee berjudul "apakah anda tahu dengan pasti". Dimanakah saya mendapatkannya?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteSeharusnya di setiap pusat pelatihan EE setempat HARUS TERSEDIA.
DeleteBoleh saya tahu Anda sekarang ini berlokasi di mana?
Pusat EE Internasional Indonesia ada di Jatim (Surabaya/Malang: di Malang khususnya Bpk. Lukas sebagai ketua EE sangat memperhatikan hal ini). Di Jakarta juga ada pusat EE, salah satunya di Institut Filsafat & Kepemimpinan Jaffray Jati Negara Timur, di Bandung juga ada pusat EE termasuk di Samarinda/Balikpapan, Jambi, termasuk di Pangkalpinang-Bangka (kantor pusatnya di rumah kediaman Bong Tet Ho/Teddy samping Sekolah Theresia/sebelum simpang menuju Parit Lalang.
Anda juga dapat mencetaknya sendiri karena tidak punya hak cipta/diberikan secara cuma-cuma.
shalom, nama saya dicky. saya domisili dibandung. dimanakah saya dapat buku kecil ee di bandung?
DeleteBagaimana cara mendapatkan buku kecil EE?sy domisili tanjung selor -kaltara..terimakasih
ReplyDeletesaya sangat tertarik...bagaimana caranya bergabung
ReplyDelete